Sumber Photo: Tribun Lampung
|
Bekasi
- Tak terasa waktu berlalu, dua bulan lagi lebaran Hari Raya Idul Fitri akan
segera datang. InsyaAllah kalau diberi umur panjang tentunya kesempatan momentum
lebaran tersebut yang biasanya dibarengi dengan libur panjang akan kami
pergunakan untuk mudik ke kampung halaman Gadog.
Seperti
tahun – tahun biasanya, kesempatan libur lebaran kami gunakan untuk
bersilaturahim kepada kedua orang tua, saudara serta kerabat di kampung
halaman. Ibaratnya kata bagi orang perantauan seperti kami, momentum
libur lebaran kalau ngga mudik kayanya ngga seru ya, ada yang kurang gitu.
Kurang
lebih 18 tahun sudah kami merantau dan Alhamdulillah setiap libur
lebaran tiba tidak pernah kami lewatkan untuk mudik di kampung asal kami Gadog.
Dari semasa bujangan sampai dengan sudah berkeluarga, syukur Alhamdulillah bisa
pulang mudik terus tak pernah terlewatkan.
Ya,
memang kebetulan kami sendiri dapat istri orang Bekasi dan sekarang juga
tinggal di Bekasi sehingga tak perlu bergantian mau pilih mudik kemana. Setiap
hari sudah ketemu dengan orang tua dan saudara dari istri kami. Jadi ya ngga
perlu pusing – pusing mau mudik kemana, hanya satu tujuan tiap lebaran yaitu mudik
ke kampung halaman Gadog.
Ngomongin
tentang mudik, kami akan sedikit berbagi pengalaman perjuangan kisah-kisah
dalam perjalanan mudik ke kampung halaman disaat moment libur lebaran. Baik
waktu masih lajang ataupun sudah berkeluarga. Tentunya, mungkin bagi para
pemudik juga punya ya kisah-kisah tersendiri baik suka atau duka, baik yang
senang ataupun yang mengesalkan bahkan sampai yang menyebalkan.
Ya….memang
begitulah seperti yang kami alami…tapi alhamdulillah sejak tahun 2010 sampai
sekarang 2017, kisah-kisah menyebalkan tidak lagi kami alami. sejak tahun 2010 kami
mudik menggunakan angkutan kereta api…sudah tau kan gimana nyamannya mudik pakai
kereta.
Kisah
Suram Saat Pertama Mudik Lebaran
Kisah
suram tentang Mudik kami alami sebelum tahun
2010, dimana memang perjalanan dengan moda kereta api saat itu belum menjadi
pilihan yang paling nyaman. Sehingga pilihan mau tidak mau untuk mudik menggunakan
moda kendaraan Bus Umum. Sebut saja langganan Bus Umum kami adalah SJ dan SA. Namanya
mudik dengan Bus Umum juga ngga menentu kadang lancar, kadang macet, belum
kendala teknis lainnya… ammpunn dahh.
Lanjut
ke cerita dan kisah kami saat pertama mudik, sewaktu masih bujangan moment
pertama mudik lebaran di tahun 1999. Saat Kami masih bekerja di satu perusahaan
di Kawasan Industri Cikarang, Bekasi. Satu pilihan angkutan waktu itu paling
gampang dan terdekat adalah menggunakan Bus SJ, yang memang poolnya di daerah
Cibitung, Bekasi.
Selesai
hari terakhir bekerja menjelang cuti panjang libur lebaran, kami berbegas
menuju pool Bus tersebut. Sesampainya dipool, wooohhh banyak pemudik yang sudah
menunggu. BIasanya kalau moment libur lebaran di pool tersebut tak ada tiket dijual,
semua sudah habis dan bus sudah penuh. Sehingga, kami pun menunggu bus tambahan
yang bisa langsung naik dan tiket di beli diatas bus.
Setelah
beberapa menit lamanya kami menunggu, alhasil datanglah bus tambahan tersebut yang
baru keluar dari garasi bengkel. Serentak semua pemudik menghampiri bus
tersebut berebutan ingin naik dan mendapatkan tempat duduk.
Semua
pemudik berteriakkk…woii buka pintunya..buka pintunya ……Teriak pemudik kepada
kondektur. Pintu Bus pun dibuka, wahhh langsung saja terjadilah desak – desakan….Kami
yang saat itu masih bujangan walaupun bersusah payah akhirnya dapat dengan
cepat naik bus dan mendapatkan tempat duduk….Namun penjuangan itu tidaklah mudah seperti yang
dibayangkan. Saat masuk pintu Bus, badan kami kanan kiri terjepit. Ada – ada saja,
badan sudah berhasil masuk, tapi tas masih nyangkut kejepit orang……bayangkan
bagaimana susahnya, bagaimana dengan yang sudah keluarga, bawa anak istri…